Sunday, December 30, 2012

Gula Darah Diabetesi Bisa Kembali Normal?


Walau sudah didiagnosis diabetes melitus, tetapi satu dari sembilan orang penderita diabetes berhasil mendapatkan kadar gula darah normal atau level "pra-diabetes" setelah mereka secara konsisten melakukan program olahraga dan pengaturan pola makan selama setahun.
Dalam dunia kedokteran, kondisi tersebut disebut juga dengan remisi diabetes tipe 2. Kendati sangat jarang, tetapi tetap ada harapan bahwa perubahan gaya hidup bisa membuat penderita diabetes bebas dari ketergantungan obat dan terhindar dari risiko komplikasi.
"Selama ini ada anggapan kalau sekali terdiagnosis diabetes tidak mungkin ada remisi atau kesembuhan," kata Edward Gregg, ketua peneliti dari Center for Disease Control and Prevention.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gregg dan timnya memang tidak dibuktikan bahwa program eksperimental berupa konseling selama 6 bulan menyebabkan perbaikan kadar gula darah. Tujuan utama penelitian itu sebenarnya adalah untuk mencari tahu apakah program intervensi bisa menurunkan risiko penyakit jantung.

Saturday, December 29, 2012

Cara Mencegah Anak Kegemukan


Obesitas pada anak terus meningkat. Peningkatan itu juga berpengaruh pada melonjaknya jumlah anak yang menderita diabetes. Di Indonesia, menurut data perhimpunan endikronologi anak, terjadi peningkatan kasus diabetes pada anak sampai 500 persen. Orang tua harus menjaga pola makan anak, selain itu mereka juga perlu menjadi panutan dalam menjalani pola hidup sehat.
"Orang tua harus menjadi role model bagi anak, jangan menyuruh anak untuk menjalani pola makan sehat, tapi mereka sendiri tidak sehat," kata dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K), Psikiater Anak pada kesempatan yang sama. Dr.Aman merumuskan beberapa tips sederhana bagi orangtua untuk mengontrol perilaku makan dan aktivitas anak. Tips ini dirumuskan menjadi 5-2-1-0.

Friday, December 28, 2012

Serangan Jantung pada Wanita bisa saja terjadi mendadak


Kebanyakan orang beranggapan, serangan jantung itu hanya terjadi pada laki-laki, padahal tidak demikian.
Anggapan demikian, dan gejala serangan jantung yang tidak spesifik pada wanita dapat menyebabkan penanganannya   jadi terlambat, dan akibatnya angka kematiannya juga tinggi.  Salah satu penyebabya adalah gejala serangan jantung yang tidak spesifik pada wanita. Melihat keluhan dan gejala tanpa pemeriksan pendukung, tidak salah dokter yang memeriksa sebelumnya memperkirakan sebagai keluhan lambung. Pasien sebelumnya tidak mengira bahwa dia mengalami  serangan jantung. Pasien malah takut itu gejala tumor di payudaranya.
Karena pasien menganggap seperti itu, dia tidak segera memeriksakan dirinya ke dokter, pasien hanya minum obat pereda nyeri, namun nyerinya tidak mereda.  Lemah dan sesak nafas yang lebih berat. Sama dengan kedua pasien di atas, wanita sering memberikan gejala yang tidak spesifik, khas untuk serangan jantung. Keluhan nyeri, seperti nyeri pada lambung, mual, nyeri pada payudara, lengan, dan punggung belakang, sering dianggap bukan sebagai tanda, gejala jantung oleh pasien sendiri, bahkan dalam pemeriksaan awal dokter juga dapat mendiagnosis lain.

Wednesday, December 26, 2012

Fenomena Penyandang Diabetes


Diabetes Melitus (DM) yang tidak terkontrol dengan baik akan menyebabkan bermacam komplikasi buruk kepada kesehatan Anda. Walaupun, sebenarnya komplikasi itu tidak harus terjadi. Komplikasi dapat dicegah, bila Anda mempunyai kemauan, kesadaran, komitmen yang tinggi terhadap penyakit ini. Tetapi, sayang, masih banyak pasien DM yang harus menjalani hidup dengan komplikasi-komplikasi yang menyedihkan itu.
Sebagai contoh sederhana, di poliklinik penyakit dalam pada suatu pagi, sebagian besar pasien yang berkonsultasi adalah penyandang DM. Mulai dari pasien yang baru di diagnosis sampai dengan pasien lama dengan berbagai komplikasi. Melihat beberapa pasien dengan kondisi demikian, timbul pertanyaan dalam diri saya, "Apakah mereka harus seperti ini? Sehubungan dengan itu, beberapa pasien di bawah ini, barangkali dapat menggambarkan bagaimana menyedihkannya keadaan penderitaan DM yang sudah mengalami komplikasi.

Monday, December 24, 2012

Diet Bantu Turunkan Tensi


Tekanan darah tinggi atau hipertensi, seperti yang telah Anda ketahui, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke, yang merupakan penyakit pembunuh pertama di dunia.

Tekanan darah merupakan tekanan yang dialami darah kepada pembuluh atau dinding arteri saat darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Angka tekanan darah seringkali fluktuatif sepanjang hari, namun ini adalah hal yang normal. Tekanan darah diukur melalui dua angka, sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan darah pada pembuluh darah ketika jantung berdenyut, sedangkan diastolik adalah tekanan pada saat jantung tidak berdenyut.

Sebagian dari Anda mungkin menyangkal kemungkinan termasuk penderita tekanan darah tinggi. Sejumlah studi menunjukkan, mengubah sedikit pola makan juga dapat memberi efek yang baik bagi tekanan darah.

Sunday, December 23, 2012

Berobat di Luar Negeri, Apa Hebatnya?


Katanya, berobat di luar negri itu hebat? Entah apanya yang hebat, saya tidak tahu. Habisnya, saya belum pernah ke rumah sakit di sana, dan boleh dikatakan saya tidak pernah sakit, kecuali dulu waktu mahasiswa. Tidak seperti sekarang.
Gedungnya yang mewah, alat-alatnya yang canggih, pelayanannya yang luar biasa, diagnosisnya yang akurat, obat-obatnya yang manjur, biayanya yang murah. Atau barangkali, ketika Anda diperkirakan sudah mau meninggal di sini, di Indonesia, atau harapan hidup Anda sudah pendek, dikatakan tidak dapat sembuh lagi di sini, lalu anda berobat ke Singapura atau Malaysia, lantas tidak demikian, Anda tidak jadi meninggal, Anda kemudian dapat berlari lagi?
Barangkali ada, 1-2 orang pasien.  Apa di rumah sakit di Indonesia, tidak ada kasus seperti itu? 1-2 pasien yang dikatakan sudah tidak ada harapan hidup lagi, hanya dengan pasrah dan berdoa saja juga ada yang pulih kembali.

Saturday, December 22, 2012

Bakteri Penyebab Obesitas


Obesitas kini telah menjadi epidemi global. Meski gaya hidup berperan besar terhadap terjadinya kegemukan berlebih itu namun para ilmuwan mengatakan mereka berhasil mengenali bakteri yang mungkin memicu obesitas.
Riset yang dilakukan oleh Prof.Zhao Liping dan timnya dari Shanghai's Jiaotong University, China, itu menunjukkan ada tikus yang secara cepat menjadi gemuk ketika mereka terpapar mikroba yang terkait dengan obesitas.
Dalam pernyataan persnya, Zhao mengatakan hasil risetnya bisa menjadi "kunci bukti empirik dari penyakit kronik usus". Sebuah teori yang mengindikasikan disbateriosis enterik sebagai faktor kunci yang menyebabkan kegemukan atau diabetes pada manusia.

Thursday, December 20, 2012

Banyak Makan Manis Ganggu Konsentrasi Anak


Pola pemberian asupan makanan pada anak sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan perkembangannya. "Hal ini terjadi karena asupan gula dari makanan seimbang saja sebenarnya sudah cukup, jika ditambah dengan makanan manis, anak akan kelebihan asupan gula," kata psikiater anak dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K) pada seminar yang bertajuk "Asupan Gula yang Berlebih dapat Mengganggu Konsentrasi dan Kesehatan Anak" Rabu (19/12/2012) kemarin di Jakarta.

Sunday, December 16, 2012

Mitos dan Fakta Penyakit Rematik


Rematik adalah salah satu penyakit yang lumrah diderita masyarakat Indonesia baik tua maupun muda.  Penyakit ini menyerang sendi dan struktur jaringan penunjang di sekitar sendi sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri. Dalam tingkat yang  parah, rematik bahkan dapat menimbulkan kecacatan tetap, ketidakmampuan dan penurunan kualitas hidup.
Di masyarakat, masih saja berkembang mitos dan anggapan yang salah mengenai penyakit ini. Padahal mitos-mitos ini menyesatkan apabila dikaji dari sisi medis dan bukan tidak mungkin akan merugikan penderita.
Ahli penyakit dalam dan rheumatolog dari Divisi Rheumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. Bambang Setyohadi, menjelaskan beberapa mitos dan fakta seputar penyakit rematik.  Berikut adalah  mitos dan penjelasannya :

Teh dan Madu Bakal Gantikan Antibiotik?


Fenomena resistensi kuman terhadap antibiotik yang kian mengkhawatirkan kembali disuarakan para pakar kesehatan. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan berulang-ulang merupakan penyebab terbesar suatu jenis bakteri menjadi resisten terhadap obat. Ketidakmampuan suatu obat antiobiotik mengatasi bakteri kini menjadi momok setelah ditemukannya antibiotik pada tahun 1940-an. Kehadiran antibiotik sempat menjadi solusi yang efektif dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Namun ketika bakteri sudah menjadi resisten terhadapnya, dibutuhkan alternatif lain yang dapat membuat pengobatan menjadi kembali efektif.
Prof. Les Baillie, dari Cardiff University Inggris menyatakan, bukan mustahil dunia akan kembali ke suatu masa dimana belum ditemukan antibiotik, sehingga pengobatan sejenis penyakit menjadi permasalahan besar.